Peluklah Fana, Raih Kekal
Di tengah riuhnya dunia yang fana ini, terkadang kita terlupa akan sebuah kepastian yang tak terhindarkan. Kita terbuai oleh gemerlapnya yang sementara, terikat oleh hangatnya pelukan yang suatu saat pasti terlepas. Bukan maksudku untuk merenggut kebahagiaanmu saat ini, justru sebaliknya, aku ingin membukakan mata hatimu lebih lebar, agar setiap detik yang kita lalui menjadi lebih bermakna, lebih terarah.
Lentera itu telah menyala, menerangi sebuah rumus kehidupan yang sederhana namun mendalam: yang hidup pasti mati, yang dicinta pasti berpisah, yang beramal pasti dibalas. Tiga garis takdir yang terjalin erat, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki batas waktu, memiliki akhir.
Kematian adalah gerbang yang pasti kita lewati. Cepat atau lambat, ia akan datang menjemput, tanpa mengenal usia, tanpa pandang status. Orang-orang yang kita kasihi, tempat kita berbagi cerita dan tawa, suatu hari akan meninggalkan jejak kenangan. Bahkan amal perbuatan kita, sekecil apapun, akan memiliki timbangan dan balasannya sendiri di sisi Sang Pencipta. Inilah hukum alam, inilah sunnatullah yang takkan pernah berubah.
Namun, di tengah kefanaan ini, secercah harapan abadi terpancar. Rasulullah ﷺ melalui lisan Jibril ‘alaihissalam menyampaikan kabar gembira tentang sebuah tempat di mana hidup tak lagi mengenal ajal, cinta tak lagi diiringi perpisahan, dan balasan amal tercurah tanpa batas: Surga. Di sanalah keabadian yang sejati menanti, sebuah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan.
Pesan ini bukan sekadar informasi, sahabatku. Ia adalah panggilan jiwa, sebuah sentuhan lembut yang mengajak kita untuk merenung. Hiduplah sesukamu, kata Jibril kepada Rasulullah ﷺ, namun ingatlah, engkau akan mati. Cintailah siapa pun yang engkau suka, namun ingatlah, engkau pasti akan berpisah dengannya. Berbuatlah sesukamu, namun ingatlah, setiap perbuatanmu akan ada balasannya.
Betapa dalamnya makna di balik kalimat-kalimat ini. Kebebasan yang kita miliki dalam menjalani hidup ini adalah anugerah yang tak ternilai. Kita bisa memilih jalan yang kita tempuh, antara ketaatan dan kemaksiatan. Namun, di balik kebebasan itu tersembunyi tanggung jawab yang besar. Kita semua akan kembali menghadap-Nya, mempertanggungjawabkan setiap pilihan dan perbuatan yang telah kita lakukan di dunia ini.
Maka, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju keabadian itu? Sudahkah kita menambal setiap celah dosa yang menganga dalam lembaran hidup kita dengan istighfar yang tulus?
Hati ini tak pernah bisa menolak hadirnya cinta. Ia adalah fitrah, anugerah terindah yang Allah titipkan dalam diri kita. Mencintai adalah fitrah, namun kita perlu menyadari bahwa setiap hati yang kita cintai, setiap jiwa yang dekat dengan kita, cepat atau lambat akan berpisah. Harta yang kita kumpulkan dengan susah payah, keluarga yang menjadi tempat berlindung, sahabat yang selalu ada di sisi kita, semuanya akan kita tinggalkan atau mereka yang akan meninggalkan kita.
Dunia ini ibarat persinggahan sementara. Jika bukan kita yang meninggalkannya, maka ia yang akan meninggalkan kita. Semua fana, semua akan sirna. Lalu, kepada siapa hati ini akan berlabuh dengan tenang? Kepada siapa cinta ini akan bersemi abadi?
Jawabannya telah terukir jelas: Cintailah segalanya, asalkan cinta itu menjadi jalan untuk semakin mencintai Allah, Pemilik kehidupan dan cinta yang hakiki. Jadikan setiap kasih sayang kita kepada sesama sebagai wujud cinta kita kepada Sang Khalik. Jadikan harta yang kita miliki sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jadikan setiap hubungan dengan keluarga dan sahabat sebagai pengingat akan kebesaran dan kasih sayang-Nya.
Lakukanlah apa saja yang engkau suka, sahabatku. Raihlah impianmu, kejarlah cita-citamu, nikmatilah setiap detik kehidupan ini. Namun, jangan pernah lupakan bahwa setiap perbuatan akan ada balasannya. Kebaikan akan berbuah kebaikan, dan keburukan akan menuai keburukan. Ini adalah janji Allah yang pasti, sebagaimana firman-Nya:
“Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (manfaat nya) untuk dirinya sendiri, dan siapa mengerjakan kejahatan, maka (bahayanya) akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jatsiyah: 15)
Pesan ini adalah pengingat bagi kita semua, terutama bagi diriku sendiri. Di tengah kesibukan dunia, mari kita luangkan waktu untuk merenung, untuk menata hati, untuk mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang abadi. Jangan biarkan kefanaan dunia melenakan kita dari tujuan yang sebenarnya.
Mari kita peluk kefanaan ini dengan kesadaran, agar kita tidak terlena dan terus berupaya meraih keabadian yang hakiki di sisi Allah. Mari kita cintai setiap insan dengan cinta yang berlandaskan cinta kepada-Nya, agar perpisahan tidak meninggalkan luka yang mendalam, namun justru menguatkan kerinduan kita pada pertemuan abadi di surga-Nya. Mari kita beramal dengan ikhlas, mengharap ridha-Nya semata, agar balasan yang kita terima kelak adalah kebahagiaan yang tak berkesudahan.
Ingatlah selalu pesan Jibril kepada Rasulullah ﷺ: “Kemuliaan seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk sholat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” Shalat malam adalah saat kita berduaan dengan Sang Pencipta, memohon ampunan, mencurahkan isi hati, dan menguatkan ikatan spiritual kita.
Sedangkan kemandirian dari manusia mengajarkan kita untuk senantiasa bergantung hanya kepada Allah, sumber segala kekuatan dan pertolongan.
Perjalanan hidup ini memang penuh dengan liku dan tantangan. Akan ada saatnya kita merasa lemah, merasa kehilangan, merasa sendiri. Namun, di saat-saat seperti itu, ingatlah bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Ada Allah yang selalu mengawasi, selalu mendengar, dan selalu siap memberikan pertolongan-Nya.
Mari kita genggam erat tali persahabatan ini, saling mengingatkan dalam kebaikan, saling menguatkan dalam ketaatan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, hingga kita dipertemukan kembali di surga-Nya yang abadi.
Peluklah fana, sahabatku, namun jangan biarkan ia membutakan mata hatimu dari keindahan yang kekal. Raihlah keabadian dengan setiap langkah dan setiap hembusan napasmu. Karena sesungguhnya, hanya di surga hidup tanpa ajal, cinta tanpa perpisahan, dan balasan amal yang sempurna menanti. (AAL)
