Bukan Jaminan, Hanya Harapan
Hati ini bergetar membaca untaian kalimat sederhana namun sarat makna. Sebuah pengingat halus, namun menusuk kalbu, tentang hakikat ibadah dan ampunan Ilahi. “Belum tentu yang rajin ibadah masuk surga…” Kalimat pertama ini bagai tamparan lembut yang menyadarkan kita dari keangkuhan yang mungkin terselip dalam setiap sujud dan doa.
Betapa sering kita merasa telah menggenggam surga dengan amalan-amalan yang kita kerjakan. Kita larut dalam hitungan tasbih, panjangnya rukuk, dan khusyuknya sujud, seolah itu adalah tiket pasti menuju Firdaus. Namun, pesan ini hadir bagai oase di tengah gurun keyakinan yang semu. Ia mengingatkan bahwa ibadah, sehebat dan sebanyak apapun, bisa sirna tak berbekas jika di dalamnya terselip riya’, ujub, dan sum’ah. Rasa bangga diri yang menggerogoti pahala, keinginan dipuji yang menghancurkan keikhlasan, dan harapan didengar yang menodai ketulusan. Amal ibadah yang seharusnya menjadi tangga menuju surga, justru bisa menjadi jurang kehinaan jika hati tidak terjaga.
Sebaliknya, “Belum tentu juga yang sering maksiat masuk neraka…” Kalimat ini adalah secercah harapan bagi jiwa-jiwa yang terjerumus dalam dosa dan kegelapan. Ia adalah kabar gembira bagi mereka yang merasa diri hina dan tak pantas diampuni. Pintu taubat senantiasa terbuka lebar, seluas rahmat Allah yang tak terbatas. Dosa-dosa yang menggunung, kesalahan yang bertumpuk, semuanya bisa lebur oleh taubatan nasuha – taubat yang sungguh-sungguh, penyesalan yang mendalam, dan tekad yang kuat untuk tidak kembali.
Kisah-kisah dalam lembaran sejarah Islam seringkali menjadi saksi bisu akan kebenaran ini. Seorang pemabuk yang di akhir hayatnya mengucapkan kalimat tauhid dengan tulus, bisa jadi lebih mulia di sisi Allah daripada seorang ahli ibadah yang hatinya penuh kesombongan. Seorang pezina yang memberikan minum kepada seekor anjing yang kehausan, mendapatkan ampunan Allah karena kebaikan hatinya.
Ini adalah bukti nyata bahwa rahmat Allah melampaui segala perhitungan manusia.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 53:
$قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ$
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini adalah penawar bagi hati yang gundah, harapan bagi jiwa yang terluka oleh dosa. Ia menegaskan bahwa ampunan Allah begitu luas, meliputi segala kesalahan, asalkan hamba-Nya kembali dengan penyesalan yang tulus.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.”
Hadis ini adalah penegasan bahwa surga bukanlah semata-mata hasil dari jerih payah ibadah kita. Ia adalah anugerah murni dari Allah, rahmat-Nya yang tak terhingga. Ibadah hanyalah bentuk ketaatan dan penghambaan diri, sebuah upaya untuk meraih ridha dan kasih sayang-Nya.
Kisah seorang hamba yang sepanjang hidupnya beribadah dengan tekun, namun di akhir hayatnya melakukan satu dosa besar yang membuatnya su’ul khatimah, menjadi pelajaran berharga. Sebaliknya, seorang pelaku maksiat yang di penghujung usianya bertaubat dengan sungguh-sungguh, bisa meraih husnul khatimah dan surga-Nya. Semua tergantung pada keikhlasan hati dan bagaimana Allah menutup lembaran hidup kita.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga hati dari segala penyakit yang dapat merusak amalan. Ibadahilah Allah dengan tulus, semata-mata mengharap ridha-Nya. Jangan pernah merasa diri lebih baik dari orang lain hanya karena amalan yang kita lakukan. Dan bagi saudara-saudara kita yang sedang bergelut dengan dosa, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Pintu taubat selalu terbuka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan kemudahan dalam setiap langkah hidup kita, hingga akhir hayat yang husnul khatimah. Amin ya Rabbal ‘alamin.
