Meraih Ramadan Sempurna: Diklat Biologis, Rasa, dan Ruhani Menuju Muslim Tangguh

Pamulang, 23 Februari 2025 – Masjid An-Nur di Komplek Pamulang Permai 1, RW 12, hari ini dipenuhi jamaah yang khusyuk mengikuti Kajian-Dialog Keislaman Ahad Pagi Ba’da Subuh. Dengan tema “Ramadan Dalam Perspektif Tasawuf“, kajian ini menghadirkan Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. KH. Asep Usman Ismail, MA, sebagai narasumber.

Suasana syahdu ba’da subuh semakin khidmat ketika Prof. Asep memulai kajiannya. Beliau memaparkan bahwa Ramadan bukan sekadar ritual menahan lapar dan haus, melainkan sebuah proses pendidikan dan pelatihan (diklat) komprehensif yang mengasah seluruh dimensi manusia, meliputi biologis, panca indera, rasa, dan ruhani.

Puasa: Diklat Multi-Level
Prof. Asep mengibaratkan puasa sebagai diklat yang terbagi menjadi tiga tingkatan. Tingkat dasar adalah diklat biologis, yaitu menahan lapar dan haus. Ini adalah tahap awal untuk mengendalikan dorongan-dorongan mendasar manusia.

Tingkat menengah adalah diklat panca indera, di mana seorang Muslim dituntut untuk menjaga seluruh inderanya dari hal-hal yang dilarang. Melihat, mendengar, berbicara, dan segala aktivitas indera lainnya harus selaras dengan nilai-nilai Ramadan.

Tingkat tertinggi adalah diklat rasa dan ruhani. Di tahap ini, seorang Muslim tidak hanya mampu mengendalikan fisik dan inderanya, tetapi juga mampu membersihkan hati dan pikirannya dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong.

Hakekat Niat: Kunci Kesuksesan Puasa
Prof. Asep menekankan pentingnya niat sebagai fondasi utama dalam berpuasa. Niat yang ikhlas dan kuat akan menjadi motivasi internal yang mendorong seseorang untuk menjalankan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh. Niat bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah komitmen spiritual yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan biologis.

Amaliah Ramadan: Optimalisasi Ibadah
Ramadan adalah momentum untuk mengoptimalkan berbagai amaliah ibadah. Prof. Asep menyebutkan beberapa amaliah penting di bulan Ramadan, antara lain:

1. Shaum (puasa)
2. Shalat berjamaah
3. Shalat Tarawih
4. Tadarus Al-Qur’an
5. Tafaqquh fi ad-din (memperdalam ilmu agama)
6. Qiyamul lail
7. I’tikaf di masjid
8. Sahur
9. Buka bersama
10. Zakat fitrah
11. Santunan dhuafa
12. Takbir malam Idul Fitri
13. Shalat Idul Fitri
14. Silaturahim
15. Saling memaafkan

Puasa: Modal Membangun Pribadi Tangguh
Prof. Asep menjelaskan bahwa puasa merupakan modal penting untuk membangun pribadi Muslim yang tangguh. Melalui puasa, seorang Muslim dapat menempa dirinya untuk menjadi pribadi yang:

1. Berorientasi pada Allah: Yakin atas jaminan-Nya kini, di sini, di dunia ini.
2. Cerdas secara emosi dan ruhani: Piawai dalam mengelola, menahan, dan mengendalikan dorongan rendah.
3. Tangguh: Tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan.
4. Bersemangat menyelesaikan tugas: Hingga tuntas dan berkualitas.
5. Disiplin diri yang tinggi.
6. Bertanggung jawab atas tupoksi hidup.

Muslim yang Berpuasa, Muslim yang Berjaya
Prof. Asep menutup kajiannya dengan menegaskan bahwa Muslim yang berpuasa adalah Muslim yang berjaya. Ia mampu mengendalikan dirinya, memiliki mental baja, dan senantiasa berorientasi pada Allah. Dengan demikian, ia siap menghadapi segala tantangan hidup dan meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

Kajian diakhiri dengan sesi dialog interaktif yang penuh antusias dari para jamaah. Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum bagi kita semua untuk meraih derajat takwa dan menjadi pribadi Muslim yang lebih baik.